Manuskrip Kuno di Tangan Hendri Lisdiantoro, Ada yang Ditemukan di Atap Langgar

Menilik Manuskrip Kuno di Tangan Hendri Lisdiantoro.
Menilik Manuskrip Kuno di Tangan Hendri Lisdiantoro.

SLAWI, diswaysolo.id – Berawal dari kesukaannya mengoleksi buku-buku lama sejak belasan tahun silam, Hendri Lisdiantoro, 37, terjun menggeluti pernaskahan. Sedikitnya ada tiga naskah atau manuskrip kuno yang sekarang berada di tangan warga Jalan Banyumas, Kelurahan Margadana, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, untuk diteliti lebih lanjut. Apa saja?

….

SEBUAH kotak dikeluarkan dari rak kayu yang terpajang di sudut ruangan. Dengan hati-hati, Hendri Lisdiantoro, membuka kotak dan menaruh isinya ke atas meja. Isi kotak tersebut adalah setumpuk kertas bertuliskan huruf Arab yang terlihat sudah cukup usang.

“Ini Menak Hamzah,” kata Hendri saat disambangu wartawan di Lingkar Aksara, Jumat, 27 September 2024.

Lingkar Aksara merupakan wadah yang didirikan Hendri untuk tempat belajar. Selain bidang kebudayaan, terutama pernaskahan, Lingkar Aksara bergerak di pendidikan dan dunia kreatif. Hendri memiliki alasan kuat sehingga dirinya berkecimpung di pernaskahan. Yakni karena sumber sejarah umumnya merujuk dokumen Belanda. Hendri memandang dibutuhkan pembanding.

“Saya ingin mempunyai dua perspektif cerita atau kejadian,” ucap Hendri.

Menak Hamzah yang ada di tangan Hendri sendiri adalah manuskrip kuno yang ditemukan salah satu keluarga yang beralamat di Jalan Flamboyan, Kelurahan Kejambon, Kecamatan Tegal Timur. Dia diberitahu setelah sebelumnya diminta oleh seorang tokoh masyarakat untuk membaca ragam corak sebuah nisan pada sebuah makam tua yang berada di wilayah Kelurahan Slerok.

Saat bertemu Hendri, keluarga pemegang manuskrip kuno itu menceritakan bahwa manuskrip kuno tersebut ditemukan di sebuah karung yang disimpan di atas sebuah atap musala atau langgar bernama Baitul Islam yang berada di Jalan Flamboyan. Pihak keluarga menuturkan manuskrip kuno ini kemungkinan besar merupakan karya kakek buyut mereka.

Baca Juga:  Cita Rasa Tahok Khas Solo Akulturasi Jawa Cina, Kuliner Tradisional Legendaris

”Sebab keberadaan musala tersebut dari dulu memang dikelola pihak keluarga,” tutur Hendri.

Dari identifikasi awal yang dilakukan Hendri, Menak Hamzah yang menceritakan tentang kisah paman Nabi Muhammad, Hamzah, berasal dari periode sekitar 1700-1800. Artinya, sudah berusia tiga ratusan tahun. Apabila mengacu pada peta lama yang diterbitkan Belanda, di daerah sekitar ditemukannya manuskrip kuno itu terdapat sebaran makam dan masjid tua.

Dengan demikian, secara demografi sangat dimungkinkan peradaban keislaman masa lalu eksis di wilayah tersebut.

”Selanjutnya kami meminta izin untuk membawa dan melakukan penelitian hingga manuskrip kuno tersebut masuk daftar agenda transliterasi dan penerjemahan,” ungkap pria yang kini dipercaya sebagai Wakil Ketua PCNU Kota Tegal.

Selain Menak Hamzah, manuskrip kuno lainnya yang ada di tangan pemuda yang sebelumnya menjadi Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakspesdam) NU Kota Tegal itu juga bertuliskan huruf Arab, yang diperkirakan berasal dari tahun 1800. Manuskrip kuno milik pribadi ini mengisahkan tentang nabi. Namun sayang kondisinya sudah tidak utuh.

“Karena kondisi yang sudah tidak utuh, jadi sulit mengidentifikasi keseluruhan isi naskah,” tutur Hendri.

Manuskrip kuno berikutnya bertuliskan huruf Bali. Menurut Hendri, manuskrip kuno ini merupakan pemberian seseorang dari Bali dari tahun 1800 akhir. “Manuskrip kuno tersebut belum diketahui isinya,” ungkap sarjana sosial lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.

Hendri yang mampu membaca huruf Arab, Jawa, dan Kawi menyampaikan, untuk menyelamatkan manuskrip kuno tersebut dilakukan upaya pendigitalisasian. Tim Penaskah Lingkar Aksara juga sudah menerbitkan naskah karya ulama Nusantara yaitu Serat Bonang serta Hil Al Zill dan Al Shifa Al Qulub karya ulama Aceh Syekh Ar Raniri.

Tim Penaskah Lingkar Aksara juga menjadi Tim Ahli Kajian Naskah Rambang, sebuah manuskrip kuno yang ada di Desa Danaraja, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal. Hendri kini tengah menghimpun penaskah dari tiga daerah yaitu Kota Tegal, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes untuk aktif dalam jejaring pernaskahan.

Baca Juga:  Mengenal Go Tik Swan: Maestro Batik Keturunan Tionghoa yang Mendapatkan Gelar Panembahan Surakarta

Dia berharap, Pemerintah Daerah bisa menjadi partner dalam pengembangan, penggalian, serta penelitian naskah dan sejarah. Pemerintah Daerah diharapkan bisa memfasilitasi kebutuhan penaskahan seperti pelatihan, akses ke perpustakaan atau orang yang menyimpan manuskrip kuno hingga pengembaliannya, serta berperan dalam edukasi pernaskahan dan membangun infrastruktur riset.

”Naskah berhubungan dengan sejarah. Karena itu, Pemerintah Daerah perlu memberikan perhatian. Ini bagian dari upaya agar tidak kepaten obor,” tutup Hendri.