BOYOLALI, diswaysolo.id- Kesenian turonggo seto ini sangat identik dengan Boyolali, tarian tersebut berkembang di Dusun Salam, Desa Samiran, Kecamatan Selo yang merupakan wilayah antara lereng gunung Merapi dan Merbabu di Kabupaten Boyolali.
Kesenian turonggo seto ini ini merupakan sebuah pengembangan tari-tari sebelumnya yakni tari Reog Mardi Utomo dan tari Turonggo Kencono di Desa Samiran.
Dengan komunitas masyarakat yang sudah berkembang sejak lama, kebudayaan lokal pun juga turut berkembang di daerah ini dan salah satunya yang menjadi ikonik di kawasan ini adalah kesenian Turonggo Seto.
Boyolali memiliki banyak kesenian tradisonal yang khas dan lahir serta tumbuh di masyarakat, salah satunya yaitu kesenian turonnggo Seto.
Berikut Fakta Kesenian Ini:
1.Perkembangan Tari
Tari ini merupakan sebuah perkembangan dari tari-tari yang ada di Desa Samiran sebelumnya yaitu Reog Mardi Utomo dan Turonggo Kencono.
Meskipun keduanya menggunakan properti jaran kepang, bentuk tarian dan iringan musiknya berbeda, turonggo Seto berasal dari kata ‘Turonggo’ yang berarti kuda, dan ‘Seto’ yang berarti putih.
2.Kisah Menarik
Dengan demikian, pengertian tersebut tepat dengan latar belakang kisah yang hendak diangkat dalam kesenian tersebut, yaitu bercerita tentang kisah Pangeran Diponegoro saat berperang melawan Belanda yaitu dengan menunggang Kuda Putih.
Tarian ini dimainkan oleh 17 penari laki-laki, satu penari berperan sebagai panglima dengan model busana yang berbeda dengan 16 penari sebagai prajurit.
3.Aktraksi Menarik
Gerakan dalam tarian ini bersifat enerjik dan Gerakan yang diperagakan saat menari merupakan perwujudan bentuk-bentuk gerak saat menunggang kuda, berlari, berperang dan mengadu kekuatan.
Selain itu, tarian ini juga menampilkan atraksi yang menunjukkan kekuatan supranatural, seperti mengunyah kaca, menyayat lengan dengan golok, membakar diri, berjalan diatas pecahan kaca, dan lainnya
4.Asal-Usul
Tarian ini merupakan sebuah kesenian peninggalan leluhur desa yang sudah menjadi bagian dari masyarakat di Desa Samiran, menurut kategorinya, kesenian yang satu ini bisa dianggap sebagai kesenian kuda kepang layaknya kuda lumping, hanya saja, memiliki keunikan tersendiri.
Menurut penuturan dari masyarakat lokal sebagai pelaku kesenian ini, ada kemungkinan bahwa tarian ini terinspirasi dari gerakan naik turun gunung ketika bercocok tanam.
5.Cerita Inspirasi
Kesenian turonggo seto ini tercipta dengan inspirasi dari kisah perjuangan Pangeran Diponegoro, yang memiliki kuda putih kesayangannya sebagai tunggangan ketika berperang dengan Belanda.
Secara makna tarian ini memberikan gambaran mengenai latihan kesiapan perang, sehingga tarian ini bisa dikatakan sebagai tarian dengan genre keprajuritan.
6.Sejarah Singkat
Kesenian turonggo seto ini berasal dari dua kata yang masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri, ‘Turonggo’ berarti kuda dan kata ‘Seto’ yang berarti putih.
Pengertian kedua istilah tersebut relevan dengan latar belakang kisah yang hendak diangkat dalam kesenian ini, yakni bercerita tentang kisah Pangeran Diponegoro saat berperang melawan Belanda yakni dengan menunggang Kuda Putih.
Gerak pada Turonggo Seto bersifat dinamis dan gerak-gerak yang diperagakan saat menari merupakan perwujudan bentuk-bentuk gerak saat menunggang kuda, berlari, berperang dan mengadu kekuatan.