diswaysolo.id – Solo dikenal sebagai pusat wisata budaya berkat keberadaan Keraton Surakarta Hadiningrat. Namun, terdapat berbagai tempat wisata lain dan tradisi menarik di Solo dan sekitarnya yang juga pas untuk dijelajahi.
Destinasi wisata ini populer di kalangan pengunjung dengan keunikan masing-masing. Jika Anda mencari tempat liburan yang sedang tren tentang tradisi menarik di Solo dan sekitarnya, Anda berada di tempat yang tepat.
Selain tempat wisata dan kuliner, Kota Solo di Jawa Tengah juga terkenal dengan beragam ritual atau tradisi yang menarik dan masih dipertahankan hingga saat ini.
Dalam artikel ini, kami akan membahas tentang tradisi menarik di Solo yang tetap lestari. Mari kita simak dan baca hingga selesai!
Berikut adalah 5 tradisi menarik di solo yang masih dilestarikan:
1. Grebeg Sudiro
Grebeg Sudiro merupakan hasil akulturasi antara budaya Tionghoa dan Jawa yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2007.
Ritual ini merupakan pengembangan dari tradisi sebelumnya, yaitu Buk Teko, yang merupakan bentuk syukuran menjelang perayaan Imlek.
Tradisi Buk Teko telah ada sejak masa pemerintahan Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwana X.
Saat ini, ritual ini menjadi salah satu acara tahunan yang penting di Kota Solo, berfungsi sebagai ajang untuk memperkuat tali persaudaraan di antara masyarakat yang beragam tanpa memandang suku, agama, dan ras.
2. Tari Bedhaya Ketawang
Salah satu ritual yang masih dilestarikan oleh Keraton Solo adalah tari Bedhaya Ketawang. Tarian ini menyimpan banyak misteri dan memiliki kesakralan yang melebihi tarian lainnya dalam sejarah Kerajaan Mataram.
Bedhaya Ketawang hanya dipentaskan sekali dalam setahun, bertepatan dengan peringatan kenaikan takhta raja. Tarian ini menceritakan kisah cinta antara Panembahan Senapati dan Kanjeng Ratu Kencana Hadisari, atau Ratu Pantai Selatan.
Terdapat tiga bait dalam tarian yang berlangsung sekitar dua jam ini. Terdapat sembilan penari wanita yang membawakan Bedhaya Ketawang, melambangkan sembilan lubang pada tubuh manusia.
Para penari mengenakan busana dan riasan yang menyerupai pengantin, dengan pakaian pengantin putri terinspirasi dari kostum bendara bedhaya, serta dilengkapi dodhot bermotif berbagai binatang yang menghadap ke telaga.
3. Sadranan
Tradisi Sadranan, yang juga dikenal sebagai Ruwahan, tidak hanya dikenal oleh masyarakat Solo, tetapi juga oleh penduduk di seluruh Jawa.
Ritual ini dilaksanakan menjelang bulan Ramadan, tepatnya pada bulan Sya’ban. Pada waktu ini, masyarakat berdoa untuk para leluhur yang telah meninggal, memohon agar dosa-dosa mereka diampuni, amal baiknya diterima, dan diberikan tempat yang layak di sisi-Nya.
Menurut informasi dari situs resmi IAIN Surakarta, Sadranan awalnya merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Hindu dan Budha pada abad ke-15 untuk pemujaan roh.
Namun, seiring dengan perkembangan Islam, tujuan Sadranan berubah menjadi permohonan kepada Allah yang diprakarsai oleh Wali Songo. Hingga kini, ritual ini masih dilaksanakan, termasuk oleh masyarakat di Kota Solo.
4. Sekaten
Sekaten adalah perayaan tahunan yang diadakan di Solo menjelang Maulid Nabi Muhammad. Tradisi ini merupakan salah satu warisan budaya Keraton Solo yang masih dilestarikan hingga saat ini. Perayaan Sekaten biasanya dimeriahkan dengan pasar malam yang berlangsung selama beberapa minggu.
Ada tiga tradisi utama yang terkait dengan acara Sekaten, yaitu penabuhan gamelan Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari sebagai tanda dimulainya perayaan.
Selain itu, terdapat tradisi mengunyah daun sirih yang dikenal dengan istilah nginang, serta makan telur asin. Sekaten memiliki akar sejarah yang dimulai pada tahun 1477 ketika Raden Patah mendirikan Masjid Demak.
Pada saat itu, diadakan syiar Islam selama tujuh hari menjelang kelahiran Nabi Muhammad untuk menarik perhatian masyarakat.
5. Kirab Malam 1 Sura
Perayaan Malam Satu Sura memiliki akar sejarah yang kuat, dimulai oleh Sultan Agung, pemimpin Kerajaan Mataram Islam. Pada saat itu, Kirab Malam 1 Sura diselenggarakan untuk merayakan tahun baru Islam.
Berbagai ritual yang dilaksanakan meliputi tapa bisu, tirakatan, kungkum, kirab budaya, dan pencucian benda pusaka. Menariknya, dalam ritual Kirab Malam Satu Sura di Solo, terdapat keterlibatan kerbau yang dikenal sebagai kebo bule.
Hewan ini menjadi salah satu daya tarik utama bagi masyarakat untuk menyaksikan perayaan tersebut dan dianggap memiliki nilai keramat oleh penduduk setempat.
Demikian pembahasan mengenai tradisi menarik di Solo yang tetap lestari. Semoga bermanfaat.