diswaysolo.id – Wisata Pasar Triwindu ini merupakan salah satu ikon destinasi kota Solo yang dikenal sebagai pusat penjualan barang-barang antik dan kuno.
Sebagai pusat jual-beli barang antik di Kota Bengawan wisata pasar triwindu Solo menjadi jujukan wisatawan, tak hanya warga lokal, namun juga para pelancong dari mancanegara.
Wisata pasar triwindu ini terletak di jalan Diponegoro, Kelurahan Keprabon, Kecamatan Banjarsari, pasar ini berada didekat Pura Mangkunegara. Awal mulanya pasar ini diadakan untuk acara Jumenengan Adipati Sri Mangkunegara VII yang ke-24 pada tahun 1939.
Wisata Pasar Triwindu merupakan peninggalan Raja Pura Mangkunegaran, awalnya bernama Pasar Windujenar dengan seiring perkembangan Pasar Windujenar berubah nama menjadi Pasar Triwindu.
1.Tempat Peninggalan
Berbagai barang-barang antik dan kuno dijual di sini, ada uang koin dan kertas kuno dikeluarkan tahun 1800an, topeng, piring kuno dibuat tahun 1960, keris, batik, dan perkakas rumah tangga.
Kemudian ada radio kuno, jam tangan bekas, patung, lampu hias kuno, hingga mainan tradisional tempo dulu, seperti dakon dan lainnya dijual di pasar ini.
2.Berbagai Pembeli
Para pembeli yang datang ke pasar ini sebagian besar para pelancong yang hobi mengkoleksi barang-barang antik dan kuno, mereka datang tidak hanya dari penjuru daerah di Indonesia.
Tetapi ada juga dari kolektor mancanegara (luar negeri), seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Belanda dan lainnya.
3.Satu- Satunya Pasar Antik
Penjual barang antik tidak hanya di Surakarta, di berbagai daerah maupun kota tentunya terdapat pedagang barang antik, konsep tempat membedakan Pasar Triwindu dan pasar antik lainnya.
4.Usaha Turun Temurun
Jajaran kios dipasar ini ternyata sudah dikelola oleh generasi lanjutan, misalnya Komet (39) merupakan generasi ketiga dari keluarganya. Ia berjualan sejak 2002.
Sekitar 90 persen pedagang berasal dari generasi lanjutan keluarganya, sementara 10 persen sisanya pedagang baru, “keluarga saya dari tahun 1980an sudah ada di sini,” ujar Komet.
5.Bukan Barang Antik Saja
Wisata pasar triwindu ini rupanya kios-kios di sini tak hanya menjajakan barang antik. Ada Yono (80) pembuat segala macam bentuk peer.
Mungkin sebagian masyarakat beranggapan bahwa pasar antik identik dengan barang antik, namun pengunjung bisa menemukan toko yang menjual barang, seperti milik Yono.
6.Sejarah
Tahun 1939, Raja Pura Mangkunegaran, KGPAA Mangkunegara VII membangun pasar sebagai kado ulang tahun ke 24 tahun Gusti Putri Mangkunegara VII bernama Noeroel Kamaril.
Pasar itu kemudian dihadiahkan kepada Gusti Noeroel bertepatan dengan naik tahta Raja Mangkunegara VII yang ke tiga windu, nama Triwindu berasal dari kata ‘Tri’, dalam bahasa Jawa yang berarti adalah tiga, sedangkan ‘windu’ artinya delapan dan kemudian diterjemahkan dalam bilangan angka 24 yang berarti tiga kali delapan.
7.Lampu Dan Piring Lawas
Menjelajahi pasar ini kita akan menemukan lampu gantung model lawas yang membawa kita melewati mesin waktu, lampu-lampu ini merupakan replika model lampu lawas yang sering digunakan masa dahulu.
Komet menjelaskan sebenarnya ini bukan barang tua tapi bisa dikatakan barang antik dan “Contohnya, lampu berbentuk antik tempo dulu atau piring-piring dan jadi ini replikanya,” jelas Komet.
8.Antik Bernilai Seni
Wisata pasar triwindu ini Anda bisa menikmati benda-benda lawas di pasar ini, mata saya seketika melihat ke arah besi berbentuk fauna.
Mulanya saya mengira itu tempat payung atau pajangan estetika di rumah, untaian besi hasil proses las ini ternyata tempat kaset atau CD. Ini pertama kali saya melihat tempat kaset atau CD seunik itu.