diswaysolo.id – Situs Loji Gandrung ini adalah upanya bangunan yang berusia lebih dari satu abad itu menyimpan sejarah panjang. Salah satunya mengenai keterkaitan Keraton Kasunanan sebagai kerajaan besar di Jawa dengan kolonial Belanda.
Situs Loji Gandrung ini adalah rumah dengan gaya arsitektur neo-klasik Eropa di Jalan Brigjen Slamet Riyadi, masyarakat di Surakarta sendiri tidak banyak yang mengetahui mengenai kisah-kisah yang pernah terjadi di Loji Gandrung ini.
Situs Loji Gandrung Solo tak kalah menarik untuk dibahas, loji Gandrung merupakan rumah dinas Wali Kota Solo yang sejarahnya dibangun sejak tahun 1830 silam.
Surakarta merupakan salah satu kota terbaik di Indonesia yang menyimpan banyak sekali situs sejarah yang harus diselestarikan, salah satunya adalah situs Loji Gandrung yang merupakan rumah atau kediaman dari Sultan Surakarta saat ini.
1.Kondisi Bangunan
Kondisi dari bangunan ini masih terlihat kokoh dan merupakan peninggalan dari masa kolonial Eropa yang selalu tetap terjaga hingga masa sekarang.
Arsitektur bangunan yang dimiliki juga sangat khas dan memiliki nilai guna, memiliki bangunan seperti layakanya nuansa Eropa kuno yang selalu terjaga.
2.Karakteristik Khas
Hal unik yang paling dominan dari bangunan bersejarah klasik Loji Gandrung ini adalah mempunyai model atap berbentuk sirap kayu yang menutup hingga keseluruhan bangunan, kemudian membentuk mirip segi lima.
Selain itu bangunan yang memiliki kondisi infrastruktur gagah ini, telah berusia kurang lebih hingga 100 tahun lamanya dan pada bagian atas memiliki sebuah menara yang berbentuk semu dengan tipe berbentuk kaca patri yang melambangkan kemegahan kota Surakarta.
3.Ruang Soekarno
Hingga saat ini, kemegahan Loji Gandrung masih bisa dinikmati sebagian benda-benda furniturnya masih dipertahankan, misalnya, kursi antik yang ada di ruang tamu, lengkap dengan foto ukuran besar Presiden RI pertama, Soekarno.
Foto Soekarno juga menghiasi kamar tidur utama, satu dari dua kamar di Loji Gandrung, letaknya di sebelah kanan dari ruang tamu. Satu dipan ukuran besar dan lemari hias yang kesemuanya terbuat dari kayu jati menghiasi ruang kamar.
4.Sejarah
Bangunan ini pernah menjadi rumah seorang pengusaha gula, menurut ahli Sejarawan Solo yang juga dosen program studi sejarah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, bernama Susanto.
Pria keturunan Belanda itu bernama Johannes Augustinus Dezentje, keluarga Dezentje mempunyai hubungan baik dengan penguasa kolonial Belanda dan Keraton Kasunanan di Surakarta.
5.Sisi- Sisi Bangunan
Bangunan berusia lebih dari 100 tahun tersebut bergaya neo-klasik Eropa yang masih kental, yang menarik atap sirap kayu yang menutup seluruh bangunan membentuk segi lima.
Pada bagian teratas, terdapat ciri khas berupa menara semu berbentuk kaca patri berlambang Kota Surakarta, terdapat pula konsol-konsol berhias sulur dan memiliki lahan seluas 6.259 meter persegi dengan luas bangunan 842,5182 meter persegi.
6.Berdirinya Bangunan
Situs loji gandrung ini dibangun dimulai tahun 1830 dengan di arsiteki oleh C.P. Wolff Schoemaker, dimana beliau merupakan arsitek yang berasal dari Belanda dan menjadi guru besar arsitektur di Technische Hoogeschool te Bandoeng yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung.
Rumah ini pada awalnya digunakan sebagai tempat kediaman saudagar perkebunan gula dan tuan tanah di Boyolali, beliau adalah Johannes Augustinus Dezentje, beliau akrab dipanggil Tinus.
7.Saksi Kemerdekaan
Saat masa kemerdekaan Republik Indonesia, terdapat perubahan fungsi dari Loji Gandrung yang awalnya digunakan sebagai tempat tinggal seorang saudagar perkebunan gula dan tuan tanah menjadi markas pusat pasukan pimpinan Jendral Gatot Subroto.
Penggunaan Loji Gandrung sebagai markas pusat pasukan itu terjadi pada masa kedudukan Belanda yang terjadi saat Agresi Militer II (1948-1949).
8.Asal- Usul
Situs loji gandrung ini diambil dari aktivitas sosial para elite Eropa yang bercirikan pesta-pesta yang melibatkan makan, minum, dan menari.
Tindakan ini dianggap mengartikan seseorang “gandrung” atau jatuh cinta, secara harfiah diartikan sebagai rumah kolonial (Loji) yang digunakan untuk bersenang-senang (Gandrung).