Wisata Bangunan Sejarah di Kota Solo, Jadi Saksi Sejarah Kemerdekaan

WISATA SEJARAH - Salah satu wisata bangunan sejarah di Solo.
WISATA SEJARAH - Salah satu wisata bangunan sejarah di Solo.

diswaysolo.id – Kota Solo tidak pernah lepas dari nilai seni budaya dan wisata bangunan sejarah yang kental dan lestari hingga saat ini. Di Kota Batik ini juga terdapat berbagai tempat bersejarah yang bisa dijadikan destinasi liburan.

Solo menjadi salah satu kota yang menawarkan beraneka macam wisata bangunan sejarah, mulai dari wisata kuliner, budaya, alam, hingga sejarah tersedia secara lengkap di Solo.

Ketika berbicara tentang Kota Solo, tidak bisa dilewatkan untuk wisata bangunan sejarahnya, banyak bangunan ikonik di Solo yang menjadi saksi bisu dari peristiwa sejarah yang berharga.

Ada banyak tempat wisata bangunan sejarah di Solo yang bisa dikunjungi untuk menghabiskan waktu libur panjang maupun akhir pekan, salah satu wisata di Solo yang terkenal adalah keraton dan museum untuk belajar budaya dan sejarah.

1.De Tjolomadoe

Wisata Solo pertama yang menarik untuk dikunjungi adalah De Tjolomadoe adalah bekas pabrik gula Colomadu,pabrik gula Colomadu dibangun di masa kepemimpinan KGPAA Mangkunagara IV tepatnya pada 8 Desember 1861.

Seiring berjalannya waktu, PG Colomadu resmi berhenti beroperasi pada 1997, mesin uap dan ketel raksasa dibiarkan teronggok tak terawat pada tahun-tahun setelahnya.

2.Pura Mangkunegaran

Pura ini memiliki bangunan yang mewah nan indah dengan ornamen khas perpaduan antara Jawa kuno dan Eropa modern yang memberi daya tarik sendiri khususnya bagi anak-anak muda.

Tak hanya bisa menikmati bangunannya yang indah, kamu juga bisa belajar sejarah tentang Pura ini karena ada tour guide yang bersedia menemani kamu berkeliling sembari menjelaskan sejarah-sejarah Pura Mangkunegaran.

3.Keraton Surakarta

Keraton Surakarta merupakan tempat bersejarah di Solo yang memiliki nilai sejarah tinggi, keraton Surakarta dibangun oleh Paku Buwono II pada tahun 1744 silam.

Baca Juga:  Sukartea, Destinasi Hidden Gem untuk Nongki Cantik di Solo

Gaya bangunan ini pun campuran dengam gaya Eropa dan Jawa, jika berkunjung ke Keraton Surakarta, Anda bisa melihat barang peninggalan keluarga kerajaan dan mulai dari pusaka, hingga alat yang digunakan abdi dalem.

4.Loji Gandrung

Loji Gandrung berlokasi di Jalan Slamet Riyadi, Penumping, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Bangunan yang kini menjadi Rumah Dinas Wali Kota Solo ini dulunya merupakan rumah bekas pengusaha perkebunan Belanda, Johannes Augustinus Dezentje.Loji Gandrung merupakan karya arsitek Belanda bernama C.P Wolff Scoemaker pada 1830.

5.Gedung DHC 45

Wisata bangunan sejarah ini beralamat di Jalan Mayor Sunaryo, Kedung Lumbu, Kecamatan Pasar Kliwon. DHC sendiri merupakan singkatan dari Dewan Harian Cabang 45.

Gedung ini dulunya merupakan bangunan militer paling efektif pada eranya. DHC 45 juga menjadi saksi bisu perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dan sekarang Gedung DHC 45 menjadi museum perjuangan, galeri seni, serta tempat jajanan kuliner khas Solo.

6.Taman Balekambang

Taman Balekambang juga menjadi sarana rekreasi dan edukasi yang berada di Solo, taman yang terdiri dari 2 area ini, yakni Partini Tuin dan Partinah Bosch cocok dijadikan tempat bersantai bersama keluarga.

Selain itu, ada spot wisata lain yang bisa dinikmati pengunjung seperti taman reptil, taman kelinci, serta balai dan danau yang terdapat wahana bebek kayuh.

7.Bunker Kuno

Bunker ini terletak di kompleks Balai Kota Surakarta tepatnya di bawah gedung Dinas Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta.

Bunker berukuran 16 x 24 meter ini pertama kali ditemukan pada tahun 2012 dan diperkirakan telah dibangun dari tahun 1800-an, dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda dan digunakan sebagai tempat penyimpanan uang serta berlindung bagi orang-orang Belanda.

Baca Juga:  Makan Daging di Solo, Resto Casual Dining dengan Suasana Modern

8.Benteng Vastenburg

Wisata bangunan sejarah ini adalah salah satu peninggalan Belanda, benteng ini dibangun pada 1745 atas perintah Gubernur Jenderal Baron Van Imhoff.

Sebagai bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa Surakarta, khususnya terhadap keraton Surakarta, benteng yang memiliki tinggi enam meter ini juga digunakan sebagai pusat garnisun.