Klaten  

Mengungkap Sejarah Kabupaten Klaten, Kota Seribu Candi dan Sumber Mata Air

Mengungkap sejarah Kabupaten Klaten
Mengungkap sejarah Kabupaten Klaten

KLATEN, diswaysolo.id – Terletak di provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Klaten berbatasan langsung dengan Yogyakarta. Daerah ini dikenal akan kesuburan tanahnya yang didukung oleh banyaknya sumber mata air dari pegunungan di sekitarnya yang bisa kita gali tentang sejarah kabupaten Klaten.

Sejarah Kabupaten Klaten juga sangat menarik untuk dieksplorasi, terutama melalui berbagai situs candi yang ada di wilayah ini. Selain itu, tradisi-tradisi unik yang ada di Klaten masih terus dilestarikan hingga saat ini.

Keberagaman yang ada dan sejarah Kabupaten Klaten ini melahirkan berbagai julukan, seperti kota seribu candi dan kota seribu mata air. Berikut adalah penjelasan mengenai asal-usul, fakta-fakta menarik, letak geografis, serta ciri khas yang dimiliki oleh Kabupaten Klaten.

Dalam artikel ini akan kami telusuri tentang sejarah kabupaten Klaten dikenal dengan kota seribu candi dan sumber mata air. Mari kita simak dan baca sampai akhir ya!

Asal Usul Kabupaten Klaten

Berdasarkan informasi dari situs resmi Pemkab Klaten, daerah ini memiliki sejarah yang terekam dalam berbagai arsip kuno, dokumen kolonial, dan manuskrip Jawa.

Catatan sejarah tersebut dapat ditemukan dalam karya-karya seperti Serat Perjanjian Dalem Nata, Serat Ebuk Anyar, Serat Siti Dusun, Sekar Nawala Pradata, Serat Angger Gunung, Serat Angger Sedasa, dan Serat Angger Gladag.

Selain itu, arsip Karesidenan Surakarta juga menjadi sumber penting untuk memahami sejarah Klaten, seperti yang tercantum dalam Soerakarta Brieven van Buiten Posten, Brieven van den Soesoehoenan 1784-1810, Daghregister van den Residentie Soerakarta 1819, Reporten 1787-1816, Rijksblad Soerakarta, dan Staatblad van Nederlandsche Indie.

Terdapat dua versi mengenai asal usul nama Klaten. Versi pertama menyatakan bahwa nama Klaten berasal dari kata kelathi, yang berarti buah bibir, yang kemudian diserap menjadi Klaten.

Baca Juga:  Bukit Sidoguro Krakitan Bayat, Pesona Wisata Alam di Klaten

Versi kedua mengacu pada kisah Kyai dan Nyai Mlati, yang dianggap sebagai penjelasan paling kuat mengenai asal usul nama Klaten.

Dalam cerita tersebut, Kyai dan Nyai Mlati adalah abdi dalem Keraton Mataram yang diutus oleh raja untuk memberikan bunga Melati dan buah Joho kepada para putri kraton sebagai simbol untuk menghitamkan gigi mereka.

Oleh karena itu, mereka mulai menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri dari Raden Tumenggung Mangunkusuma yang pada waktu itu menjabat sebagai Bupati Pulisi Klaten.

Raden Tumenggung kemudian dipindahkan oleh istana untuk menjabat sebagai Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta. Seiring berjalannya waktu, mereka memutuskan untuk menetap di lokasi tersebut.

Jumlah penduduk yang tinggal di sana pun semakin meningkat, dan akhirnya tempat itu dinamakan Klaten. Nama Klaten diambil dari kata melati (dalam bahasa Jawa: mlathi) yang kemudian diubah menjadi Klathi. Untuk mempermudah pengucapan, kata Klathi akhirnya disesuaikan menjadi Klathen.

Dukuh tempat tinggal Kyai Melati dinamakan Sekolekan oleh masyarakat setempat. Nama Sekolekan berasal dari nama lengkap Kyai Melati Sekolekan.

Seiring waktu, nama Sekolekan berkembang menjadi Sekalekan, sehingga hingga kini dukuh tersebut dikenal sebagai Sekalekan. Kyai Melati dikenal sebagai sosok yang berbudi luhur dan memiliki kesaktian. Hingga akhir hayatnya, Kyai Melati dimakamkan di dusun tersebut.

Hingga saat ini, sejarah Kabupaten Klaten masih belum jelas. Belum ada sumber atau penelitian yang mencatat kapan tepatnya kabupaten atau kota ini didirikan dan bagaimana asal-usulnya.

Kabupaten Klaten memiliki sejumlah fakta menarik yang patut diketahui. 

Berdasarkan buku Profil Budaya dan Bahasa Kabupaten Klaten dari Kemdikbud, daerah ini tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga memiliki daya tarik wisata alam yang menakjubkan serta banyak candi yang tersebar di wilayahnya.

Baca Juga:  Destinasi Wisata di Bukit Cinta Watu Kandang Klaten

Kabupaten ini terletak di antara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu, sehingga menjadikannya lokasi yang strategis. Klaten dijuluki sebagai kota seribu candi karena banyaknya situs sejarah, terutama candi-candi yang ada di berbagai lokasi.

Beberapa candi terkenal di Klaten meliputi Candi Sewu, Candi Plaosan, Candi Merak, dan Candi Prambanan. Selain itu, Klaten juga dikenal sebagai kota seribu mata air, berkat banyaknya sumber mata air atau umbul yang ada, yang dipengaruhi oleh kondisi geografisnya yang dekat dengan pegunungan.

Salah satu tradisi yang menarik adalah upacara adat Apeman Yaqowiyu yang telah berlangsung sejak tahun 1511 Saka atau 1688 Masehi di Jatinom.

Upacara ini bertujuan untuk menghormati perjuangan Ki Ageng Gribig dalam menyebarkan agama Islam, di mana ia menggunakan media apem sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran tersebut di Klaten.

Kabupaten Klaten terletak di posisi strategis

berbatasan dengan Kabupaten Boyolali di utara, Kabupaten Sukoharjo di timur, Kabupaten Gunungk.idul (DIY) di selatan, dan Kabupaten Sleman (DIY) di barat.

Wilayah ini memiliki tiga jenis dataran: di utara terdapat dataran lereng Gunung Merapi, di timur terdapat dataran rendah yang membujur, dan di selatan terdapat dataran yang berasal dari Gunung Kapur.

Sebagian besar wilayah Kabupaten Klaten adalah dataran rendah dan bergelombang, dengan bagian barat lautnya merupakan pegunungan yang merupakan bagian dari sistem Gunung Merapi. Ibu kota kabupaten ini terletak di jalur utama antara Solo dan Yogyakarta.

Demikian penelusuran tentang sejarah kabupaten Klaten dikenal dengan kota seribu candi dan sumber mata air. Semoga bermanfaat.