Dawet Pikul, Minuman Tradisional dari Dibal Boyolali yang Semakin Langka

Dawet Dibal Khas Boyolali minuman yang semakin langka
Dawet Dibal Khas Boyolali minuman yang semakin langka

BOYOLALI, DISWAYSOLO.ID –  Dawet pikul adalah salah satu kuliner khas dari Boyolali, Jawa Tengah, yang kini semakin sulit ditemukan. Minuman segar ini berasal dari Desa Dibal, Ngemplak, Boyolali.

Saat ini, mencari pedagang dawet pikul khas Dibal Boyolali bukanlah perkara yang mudah. Seiring berjalannya waktu, jumlah penjual dawet pikul semakin menurun.

Beruntung, Solopos.com berhasil menemukan salah satu penjual dawet pikul khas Dibal, yaitu Dasno, 70 tahun, pada Jumat (12 Agustus 2024) siang.

Dalam artikel ini akan kami ulas mengenai dawet pikul minuman tradisisional dari Dibal Boyolali yang semakin langka. Mari kita simak dan baca sampai selesai ya!

Berjualan dawet sejak tahun 1970

Pada saat itu, Dasno sedang beristirahat di gubuknya. Di hadapannya terdapat dua keranjang bambu yang berisi dawet yang dipikul menggunakan rotan.

Dasno adalah penjual dawet pikul yang berasal dari Dibal, yang dulunya dikenal luas oleh masyarakat sebagai penjual dawet pikul.

Istilah dawet pikul digunakan karena cara menjualnya yang dipikul atau dijinjing dengan bambu yang diletakkan di bahu, sambil berkeliling dari satu kampung ke kampung lainnya.

Dasno, kepada Solopos.com, menceritakan bahwa ia telah berjualan dawet sejak tahun 1970. Satu porsi dawet terdiri dari cendol pati, santan, dan gula sebagai pemanis, yang dipadukan dengan irisan nangka. Seporsi dawet dijual seharga Rp3.000 dan semakin menyegarkan dengan tambahan es batu.

Dasno mengungkapkan bahwa ia pernah menjajakan dawet dari Dibal, Ngemplak, Boyolali, hingga Stadion Sriwedari Solo dan Alun-Alun Solo.

“Dulu, di sekitar rumah saya, ada delapan tetangga yang juga berjualan. Jumlah penjual bisa mencapai 25 orang yang menyeberang Kali Pepe menuju Solo, termasuk yang ke desa-desa sekitar,” ujarnya.

Baca Juga:  Menggali Warung Sego Congor, Kuliner Tersembunyi yang Menarik dari Boyolali

Saat ini, hanya tersisa dua penjual dawet pikul dari Dibal. Dasno pun tidak lagi berkeliling jauh untuk menjajakan dagangannya. Setiap hari, ia berjualan dawet sekitar pukul 09.00 WIB di tepi jalan yang ramai.

“Masih ada yang jualan dawet, ada yang menggunakan motor dan ada yang pakai gerobak. Namun, penjual yang pikul sudah semakin sedikit,” tambahnya.