Klaten  

Kabupaten Klaten dengan Tradisi Unik dan Candi Buddha Terbesar Kedua di Jawa Tengah

Kabupaten Klaten dengan tradisi uniknya
Kabupaten Klaten dengan tradisi uniknya

KLATEN, DISWAYSOLO.ID – Klaten adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, di antara Solo dan Yogyakarta. Pada 2019, jumlah penduduknya tercatat sebanyak 1.174.986 jiwa dan kabupaten Klaten dengan tradisi uniknya.

Sebagian besar penduduk di kabupaten ini berasal dari etnis Jawa. Kabupaten Klaten dengan tradisi unik  juga menjadi rumah bagi salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, yaitu Gunung Merapi, yang secara administratif termasuk dalam wilayah Klaten.

Dalam artikel ini akan kami ulas mengenai Kabupaten Klaten dengan tradisi unik dan candi Budha terbesar kedua di Jawa Tengah. Selain itu, terdapat banyak fakta menarik lainnya mengenai Klaten.

Berikut ini 5 fakta Kabupaten Klaten dengan  tradisi unik yang dirangkum dari berbagai sumber :

1. Tradisi Sebar Apem

Di Klaten, khususnya di Jatinom, terdapat tradisi sebar apem yang dikenal dengan sebutan Yaqowiyu. Tradisi ini dilaksanakan setiap bulan Sapar, yang merupakan bulan kedua dalam penanggalan Jawa.

Apem adalah kue berbentuk bulat yang terbuat dari tepung beras. Dalam pelaksanaannya, ribuan apem akan dibagikan kepada masyarakat dan biasanya diperebutkan. Proses penyebaran apem dilakukan dari panggung yang berada di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig.

Istilah “yaqowiyu” sendiri merupakan singkatan dari bacaan doa: “yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin,” yang merupakan doa untuk memohon kekuatan. Masyarakat meyakini bahwa apem yang berhasil diperoleh dapat mendatangkan kesejahteraan.

2. Klaten memiliki banyak candi yang menjadi daya tarik wisata sejarah. 

Beberapa di antaranya adalah Candi Merak yang terletak di Kecamatan Karangnongko, Candi Bubrah dan Candi Plaosan yang keduanya berada di Kecamatan Prambanan.

Salah satu candi yang paling terkenal di Klaten adalah Candi Sewu, yang juga terletak di Kecamatan Prambanan.

Baca Juga:  Menggali Aspek Mistis Sungai Bogor di Klaten yang Konon Dihasilkan dari Aktivitas Makhluk Gaib Berwujud Ular

Candi ini merupakan candi Buddha yang dibangun pada abad ke-8 Masehi dan merupakan kompleks candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur di Jawa Tengah.

Menariknya, usia Candi Sewu lebih tua dibandingkan dengan Candi Borobudur dan Candi Prambanan.

3. Kerajinan Lurik

Seorang wanita sedang menenun lurik dengan menggunakan alat tenun tradisional di Pedan, Klaten. Di Klaten, terdapat Desa Wisata yang mengajak pengunjung untuk mengenal lebih dekat tentang Lurik.

Destinasi ini terletak di Dukuh Cabean, Desa Mlese. Di lokasi ini, wisatawan dapat menyaksikan secara langsung proses pembuatan kain tenun lurik yang masih dilakukan dengan teknik tradisional.

Kain lurik ini dapat dijadikan berbagai produk seperti baju, kemeja, peci, tas, dompet, dan lain-lain.  Setelah menikmati proses pembuatan, Anda juga dapat membeli kain lurik sebagai tambahan koleksi.

Harga kain lurik yang ditawarkan berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp450 ribu. Lurik menjadi salah satu kerajinan unggulan di kabupaten ini.

Saat memasuki Klaten, Anda akan disambut oleh monumen patung yang menggambarkan seseorang yang sedang menenun.

4. Asal Usul Nama

Terdapat dua versi mengenai asal usul nama kabupaten ini. Versi pertama menyatakan bahwa Klaten berasal dari kata ‘kelathi’ atau ‘buah bibir’. Istilah kelathi ini kemudian berubah menjadi Klaten, yang merujuk pada daerah yang sangat subur hingga menjadi perbincangan banyak orang.

Versi kedua berasal dari ungkapan orang tua, yang menyebutkan bahwa Klaten berasal dari kata ‘melati’ atau ‘Mlathi’ dalam Bahasa Jawa. Kata tersebut kemudian mengalami perubahan menjadi Klathi.

Untuk mempermudah pengucapan Klathi, istilah ini berubah menjadi Klathen. Melati sendiri merujuk pada seorang kyai yang pertama kali menginjakkan kaki di wilayah yang masih berupa hutan belantara dan kemudian menetap di sana. Hutan tersebut akhirnya dikenal dengan nama Klaten.

Baca Juga:  Julukan dan Fakta Menarik tentang Kota Klaten, Terkenal Sebagai Kota Seribu Mata Air

5. Di Klaten, Anda akan menemukan minuman khas yang dikenal sebagai dawet bayat

Minuman ini merupakan salah satu warisan budaya dari nenek moyang. Konon, dawet bayat digunakan sebagai alat tukar sebelum masa kemerdekaan.

Proses pembuatannya dimulai dengan mencampurkan pati aren dengan air hingga mengendap. Endapan tersebut kemudian dimasak menjadi bubur dan dicetak menjadi cendol.

Untuk santan, dipilih yang berusia sedang, tidak terlalu muda maupun tua. Rasa cendol ini manis dan segar berkat tambahan gula jawa. Salah satu tempat terkenal untuk membuat dawet ini berada di Desa Bogem, Kecamatan Bayat.

Demikian ulasan tentang Klaten, Kabupaten dengan tradisi unik dan candi Budha terbesar kedua di Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.