DISWAYSOLO.ID – Klaten Fashion Festival (KFF) digelar di Gedung Sunan Pandanaran RSPD Klaten selama dua hari, yakni Sabtu-Minggu, 3-4 Agustus 2024. Ajang bergengsi mode busana tersebut melibatkan sebanyak 35 desainer.
Event dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-220 Klaten tersebut dimeriahkan dengan kegiatan fashion show hingga lomba rancang busana tingkat nasional.
”Kami mengangkat lurik, tetapi dipadukan dengan wastra nusantara seperti batik, tenun ikat dan songket. Ini mengacu tren fashion 2024 dan 2025 dengan mengambil tema Heritage in Harmony,” ujar Penanggungjawab KFF 2024, Astrid Ediati, Minggu, 4 Agustus 2024).
Astrid mengungkapkan, event ini menjadikan para desainer dapat memadukan lurik Klaten dan wastra nusantara dengan kreasinya masing-masing. Pihaknya berharap, dengan gelaran ini tercipta keharmonisan terhadap busana yang dihasilkan untuk dipamerkan pada ajang KFF.
Selain desaine Klaten, dalam KFF kali ini menggandeng desainer tamu dari Jogja dan Malang. Mereka menjadi salah satu juri untuk lomba rancang busana yang dikuti 66 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
“Kalau tahun lalu hanya Klaten saja pesertanya, karena ingin mencari bibit baru. Namun kali ini, kami ingin meningkat, sehingga dibuka secara nasional. Mereka yang ikut lomba ini dari sejumlah kota di Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera dan Kalimantan,” ujar Astrid.
Ketua Fashion Designer Klaten (Fadeska) ini berharap, lurik Klaten bisa lebih terangkat ke tingkat nasional, sehingga semakin dikenal lebih luas.
Event tersebut dibuka Sekretaris Daerah (Sekda) Klaten Jajang Prihono. Dalam kesempatan itu, Jajang Prihono mengapresiasi antusias dari gelaran KFF tersebut. Dimana ajang tersebut dapat menjadi wadah bagi desainer di Klaten untuk menampilkan karya busananya terutama kain lurik.
“Kami berharap, melalui KFF ini, teman-teman desainer memiliki ruang untuk mengeluarkan inspirasinya dan karya-karya terbaiknya. Harapan terakhirnya bisa memberikan nilai tambah dan daya ungkit untuk menaikan level kain lurik menjadi produk yang lebih berkelas,” ujar Jajang.
Jajang juga berharap agar kain lurik tidak hanya digunakan sebagai busana para Aparatur Sipil Negara (ASN). Namun bisa menjadi produk lainnya dengan nilai ekonominya yang lebih tinggi. (*)